iklan

Kisah Hidup Syaikh al-Albani, Pakar Hadits Abad Ini

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280

Al-Albani kecil baru sahaja tiba di salah satu negeri Arab. Anak Eropah ini sama sekali tidak mengetahui bahasa masayarakat padang pasir itu. Ia pun mulai mempelajari bahasa ini di Madrasah al-Is'af al-Khoriyah. Kemudian berpindah ke sekolah lain di Pasar Sarujah, Damsyik, kerana sekolah pertamanya itu mengalami musibah kebakaran. Di tempat ini, al-Albani menyelesaikan pendidikan sekolah dasarnya dalam masa 4 tahun. Rasa cintanya terhadap bahasa Al-Quran ini kian bersinar di hati. Kemahirannya diakui dan mengalahkan rakan-rakannya, anak-anak Syria asli.

Dari sini kita dapat mengambil pelajaran, al-Albani yang berasal dari Albania tidak mengetahui sama sekali tentang bahasa Arab. Namun ia boleh mahir memahami bahasa itu. Bahkan di kemudian hari menjadi seorang ahli hadits. Anda yang ingin mempelajari bahasa Arab jangan patah semangat dan berundur menyerah. Tidak kurang daripada 1,495 kata bahasa Indonesia diserap dari bahasa Arab. Artinya, kita masyarakat Indonesia 'tidak buta-buta amat' tentang bahasa Arab.

Al-Albani kecil telah tumbuh remaja. Ia mula mencari kegemaran lain pada dirinya. Yaitu membaca. Namun selera membacanya masih begitu umum. Ia suka membaca Syair-syair Antharah bin Syaddad. Kisah detektif Arsene Lupin. Dan kisah-kisah detektif lain (Ahdats Mutsirah Fi Hayati asy-Syaikh al-Alamah al-Albani oleh Muhammad Shalih al-Munajjid, Hal: 9). Inilah perjalanan awal kehidupan al-Albani dalam dunia membaca dan menimba ilmu.

Seiring berjalannya waktu, kandungan bacaan al-Albani pun berubah. Dari bacaan masyarakat awam beralih mendalami ilmu agama. Hal itu bermula ketika sang ayah melihat sesuatu yang buruk -dari sisi agama- di sekolah negeri. Ayah Al-Albani pun memutuskan sekolah anak lelakinya. Ia menyediakan masa khusus untuk mendidik anaknya dengan pelajaran Al-Quran, tauhid, sharf, dan fiqh Madzhab Hanafi (Hayatu al-Albani wa Atsaruhu wa Tsana-u al-Ulama 'Alaihi oleh Muhammad Ibrahim asy-Syaibani, Hal: 9).

Ada saja jalan yang Allah ﷻ takdirkan bagi mereka yang Dia kehendaki kebaikan. Memalingkan mereka dari yang tidak bermanfaat menuju kepada yang manfaat. Dan kebaikan yang paling baik ialah memahami dan mengamalkan agama ini.

من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين.

"Barang siapa yang dikehendaki kebaikannya oleh Allah, Dia akan menjadikannya faham tentang (urusan) agamanya." (Hadis sahih, diriwayatkan oleh Bukhari (no. 71, 3116, 7312), Muslim (no. 1037), Ahmad (IV / 92, 95, 96), dan lain-lain).

Selain belajar dengan sang ayah, al-Albani juga belajar dari ramai guru dan ulama yang merupakan rakan sekerja ayahnya. Seperti: mengkaji kitab fiqh Hanafi, Muraqi al-Falah Syarh Nur al-Idhah bersama Syaikh Muhammad Said al-Burhani. Mempelajari kaidah-kaidah bahasa Arab, terutama bersama Syaikh Izuddin at-Tanukhi (Shafahat Baidha min Hayati al-Albani oleh Athiyah Audah, Hal: 22, 71-72).

Ulama Pun Bekerja Mencari Nafkah

Sambil menyibukkan diri dengan ilmu agama, al-Albani meluangkan sebahagian waktunya untuk menyara diri. Tentu ini langkah yang bijaksana. Agar di kemudian hari, ketika terjun di dunia dakwah, ia tidak menjadikan dakwah sebagai sumber mata pencariannya.

tukang Kayu

Pekerjaan pertama yang dilakukan oleh al-Albani adalah menjadi tukang kayu. Ia bekerja dengan bapa saudaranya dan seorang warga Syria yang dikenal dengan Abu Muhammad. Pekerjaan ini ia geluti selama dua tahun. Kemudian kerana dirasa melelahkan, menghabiskan banyak masa dan tenaga, al-Albani pun meninggalkan pekerjaan ini.

Membaiki Jam

Di musim panas, tukang kayu tidak mendapat pekerjaan. Pada waktu itu, al-Albani lewat di depan kedai ayahnya. Sang ayah sedang membaiki jam. Ayahnya menyarakannya agar ia memanfaatkan waktu dengan mereparasi jam. Ia pun menerima cadangan sang ayah. Profesi baru itu ia jalani dengan sungguh-sungguh, sehingga ia terkenal sebagai tukang reparasi jam yang handal.

Profesi baru ini tidak memakan banyak tenaga dan masa. Sehingga waktu-waktunya boleh ia sibukkan dengan belajar agama (Hayatu al-Albani wa Atsaruhu wa Tsana-u al-Ulama 'Alaihi oleh Muhammad Ibrahim asy-Syaibani, Hal: 48).

Mempelajari Ilmu Hadis

Pada saat menginjak usia 20 tahun, al-Albani mulai menyukai ilmu hadis. Ia diilhamkan daripada kajian hadith di Majalah al-Manar yang diasuh oleh Syaikh Muhammad Rasyid Ridha rahimahullah.

Syaikh al-Albani menceritakan bahawa ia tertarik membaca riwayat-riwayat sejarah. Suatu hari, ia melihat di tumpukan buku seorang peniaga buku, satu pembahasa dari Majalah al-Manar. Ia baca komen Syaikh Rasyid Ridha terhadap buku Ihya Ulmuddin yang ditulis oleh Imam al-Ghazali rahimahullah. Dalam perbahasan tersebut Syaikh Rasyid Ridha mengutip komentar al-Hafizh al-Iraqi terhadap Ihya Ulumuddin. Al-Iraqi mengulas dan memilah mana hadis yang sahih dan mana yang dhaif. Kemudian mengumpulkannya dalam al-Mughni 'an Hamli al-Asfar fi al-Asfar fi Takhrij ma Fi al-Ihya bt al-Akhbar.

Karya al-Iraqi ini menarik perhatian al-Albani. Ia pun mengadakan kajian hadis terhadap kitab tersebut. Sebuah kajian yang memberinya jalan mendalami ilmu-ilmu lain. Seperti: ilmu bahasa, balaghah, gharib al-hadith, dll. Itulah kajian ilmiah pertamanya dalam bidang hadis. Kajian ini bagai candu yang membuat al-Albani terus bersemangat meniliti hadith-hadith lain.

Bagi al-Albani, ilmu hadis menjadi jalan yang membuka cabang-cabang keilmuan lain. Dan ia terus mengenang Syaikh Rasyid Ridha sebagai wasilahnya dalam mempelajari ilmu hadis.

sumber kisahmuslim.com


ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90

0 Response to "Kisah Hidup Syaikh al-Albani, Pakar Hadits Abad Ini "

Posting Komentar